Searching...

Popular Posts

Senin, 04 Februari 2013

Kecerdasan Emosional

15.24
BUNDA..tahukah emosi yang dialami anak anda, mampukan bunda mengatasinya? banyak sekali bunda yang menyatakan bingung harus bertindak seperti apa ketika anaknya emosi besar. Seringkali emosi anak yang seperti ini dibahasakan sebagai kemarahan anak, hanya saja emosi memiliki banyak maksud dan pengertian. mari kita cari tahu tentang emosi anak, maksud, jenis emosi, ciri-ciri emosi, pengelompokan emosi, pengaruhnya terhadap perilaku dan perubahan fisik, fungsi emosi dan pengaruh emosi terhadap belajar.
Semoga ulasan ini bermanfaat untuk bunda dan mengenal lebih jauh emosi buah hati bunda..


1     1.   Pengertian
William James (Yufiarti dan Gumgum Gumelar, 2012) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh. Goleman (1991) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Keadaan emosional adalah suatu rangkai kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat.
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesangguapan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan mejaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, untuk menyelesaikan konflik, serta: untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Keterampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral (Goleman, 1997).
Cooper, 1999 (dalam Yufiarti dan Gumgum Gumelar, 2012) bahwa kecerdasan emosi memungkinkan individu untuk dapat merasakan dan memahami dengan benar, selanjutnya mampu menggunakan daya dan kepekaan emosinya sebagai energi informasi dan pengaruh yang manusiawi. Sebaliknya bila individu tidak memiliki kematangan emosi maka akan sulit mengelola emosinya secara baik dalam bekerja. Disamping itu individu akan menjadi pekerja yang tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan, tidak mampu bersikap terbuka dalam menerima perbedaan pendapat, kurang gigih dan sulit berkembang (Admin, 2008).
Perasaan dan emosi umumnya disifatkan sebagai keadaan yang ada pada individu pada suatu waktu (caplin, 1972) emosi dapat dikontrol. Ada 3 jenis display rules yaitu: masking, modulation, dan simulation (Ekman dan Friesen).
1a.   Masking: keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang dialaminya.
2b.    Modulation: keadaan seseorang yang tidak dapat meredam secara tuntas gejala kejasmaniannya, contoh dia menangis tapi tidak terlalu kuat.
3c.    Simulation: orang tidak mengalami emosi tetapi seolah-olah mengalami emosi.
Emosi hakikatnya adalah salah satu bentuk dari komunikasi seseorang. Kala seseorang emosi, artinya dia sedang berupaya menyampaikan pesan kepada orang lain. Bentuk penyampaiananya berbeda-beda, tergantung pada lingkungan dan kondisi sosail budaya yang membentuknya. Komunikasi pada emosi memiliki ciri-ciri tertentu:
1a.    Sikap terjadi bukan dibawa sejak dilahirkan.
2b.    Sikap berubah-ubah dan dapat dipelajari.
3c.    Sikap tidak berdiri sendiri, karena mengandung relasi terhadap suatu objek.
4d.    Sikap merupakan segi-segi motivasi dan perasaan. Sifat berdasarkan pengetahuan seseorang (Newcomb, Turner, dan Converse, 1981: 151).
Berkaitan dengan hubungan antara emosi dan motivasi, ada teori yang disebut Teori Aurosal. (Berelyne, 1971 dalam Walgito, 2003:216) yang menyebutkan organisme mencari aurosal atau tension (ketegangan) pada optimal level. Jika terlalu rendah, motivasi minimum dan performance tidak optimal. Jika aurosal terlalu tinggi , konsentrasi menurun, performance terganggu.
Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan mental yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi  merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat luas.
Warna afektif dapat diartikan sebagai perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat mengahdapi (menghayati) suatu situasi tertentu, contohnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci, tidak senang, dan sebagainya (Yusuf Syamsu, 2006). Kadang seseorang masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda fisiknya.
2      2.  Ciri-ciri Emosi 
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai bertikut:
a.       Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berfikir.
b.      Bersifat fluktuatif (tidak tetap).
c.       Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.
3      3.   Pengelompokan Emosi
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiawaan (psikis).
a.       Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.
b.      Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi jenis ini diantaranya:
1.      Perasaan intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk:
a)      Rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah.
b)      Rsa gembira karena mendapat suatu kebenaran
c)      Rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah yang harus dipecahkan
2.      Perasaan sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengna oranh lain, baik bersifat perorangan atau kelompok. Wujud perasaan ini seperti:
a)      Rasa solidaritas
b)      Persaudaraan (ukhuwah)
c)      Simpati
d)     Kasih sayang dan sebagainya.
3.      Perasan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral). Contohnya:
a)      Rasa tanggung jawab (responsibility)
b)      Rasa bersalah apabila melanggar norma
c)      Rasa tentram dalam menaati norma
4.      Perasaan keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat keadaan ataupun kerohanian.
5.      Perasaan keutuhan, yaitu merupakan kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan, dianugrahi fitrah (kemampuan dan perasaan) untuk emngenal; Tuhannya. Dengan kata lain, manusia dianugrahi insting religius (naluri bagaimana). Karena fitrah ini, maka manusia dijuluki sebagai “Homo Divinans) dan “homo Religius” atau makhluk yang berke-Tuhan-an atau mahkluk beragama.
4      4. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan perubahan Fisik Individu
Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya:
a.       Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau pusa atas hasil yang telah dicapai
b.      Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai keadaan puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
c.       Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nerveous) dan gagap dalam berbicara.
d.      Tergagu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e.       Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.  
5. Fungsi Emosi
a.       Survival, untuk mempertahankan hidup, seperti hewan.
b.      Energizer, pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan.
c.       Messenger, pembawa pesan.
6.      Jenis pengelompokkan Emosi
Secara garis besar emosi manusia dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
a.       Emosi posotif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, siantaranya adalah cinta, kasiha sayang, gembira, kagum dan sebaginya.
b.      Emosi negatif (emosi tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebaginya. 
7. Pengaruh emosi pada belajar
Meier dalam Khodijah, 2006 (dalam Yufiarti dan Gumgum Gumelar, 2012) menyatakan emosi berpenngaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pda diri pebelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiaraan belajar. Menurut Meier lagi, kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiaraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang membahagiakan  pada diri si pebelajar. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan kecerdasan pada siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseoranng dlam mengelola emsoinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain.     

1.      Pengertian Anak Kekurangan Afeksi
Afeksi dapat meliputi perasaan kasih sayang, rasa kehangatan, dan persahabatan yang ditujukan pada orang lain. Setiap orang mempunyai kebutuuhan untuk memberi dan menerima afeksi. Anak yang memiliki masalah kekurangan afeksi berarti anak tersebut dapat dikatakan kekurangan kasih sayang, perhatian dari orang lain. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa kekurangan afeksi pada masa bayi dan anak dapat membahayakan perkembangan. Gangguan yang ditimbulkan akibat dari kurangnya afeksi ,adalah sebagi berikut :
J  Perkembangan fisik yang terhambat
J  Gagap/ mengalami gangguan bicara
J  Sulit konsentrasi dan mudah teralih perhatiannya
J  Sulit mempelajari bagaimana membina hubungan dengan orang lain
J  Mereka sering kali tampak agresif dan nakal
J  Kurangnya minat terhadap orang lain
J  Pada taraf berat dapat mengakibatkan gangguan jiwa
2.      Penyebab Anak Kekurangan afeksi
Dipengaruhi dua faktor yaitu :
1.      Faktor Intern
J  Genetika / keturunan
J  Pengaruh dari keadaan individu sendiri
2.      Faktor Ekstern
J  Gizi yang dikonsumsi
J  Kurangnya pemberian rangsangan-rangsangan sosial dan emosional
J  Keluarga yang kuarng kasar, yang sering menggunakan cara-cara kasar dalam menyelesaikan masalah dalam keluarga
J  Anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua
J  Anak sering kali mendapat gertakan/ ketidakramahan dari oarang lain

3.      Gejala- gejala anak kekurangan afeksi
J  Anak suka mencari perhatian dari orang lain
J  Secara fisik anak mengalami kesulitan dalam berbicara
J  Memiliki rasa minder/ takut
J  Anak nakal
4.      Pengaruh terhadap Perkembangan anak
J  Kurangnya afeksi dapat mengganggu penyesuaian diri dan perkembangan sosial anak, misalnya : anak sulit bersosialisasi dengan orang lain.
J  Kurangnya afeksi juga dapat berdampak pada perkembangan anak, perkembangan fisik, motorik, dan mental

5.      Stimulasi yang dapat dilakukan untuk Anak usia dini
J  Melatih emosional anak dengan memperkenalkan anak dengan binatang kesayangannya, dengan begitu anak akan belajar untuk mengasihi, menyanyangi binatang tersebut.
J  Kegiatan dengan bermain peran
J  Permainan Hand puppet
J  Bercerita
J  Bernyanyi dan bermain musik
J  Pembelajaran dengan metode berkelompok




PAFTAR PSUTAKA
Yufiarti dan Gumgum Gumelar. 2012. Sejarah dan Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Yayasan Pusat Pengembangan Kemampuan Manusia.

2 komentar: